Moksha pembebasan sempurna
Sering
kita mendengar istilah moksha, sebagai puncak dari ajaran Hindu. Tapi mungkin
ada sebagian penganut Hindu yang tidak sepenuhnya paham apa itu moksha. Moksha
secara literal dalam bahasa sansekerta berarti : pembebasan. Sedangkan moksha
dalam ajaran dharma berarti pembebasan dari samsara [roda kelahiran yang
berulang-ulang] beserta seluruh kesengsaraan yang diakibatkan oleh avidya
[kebodohan, ketidaktahuan] di dalamnya. Realitas sejati kita adalah
acintya [tidak terpikirkan], dalam kata-kata biasa bisa kita jelaskan sebagai
maha damai, suci dan terang benderang. Tapi karena ke-aku-an dan kegelapan
bathin, kita terjebak di dalam badan yang kotor ini.
Moksha
sebenarnya adalah istilah bagi mereka yang sudah terbebaskan dan sudah
meninggalkan dunia ini. Istilah moksha bagi yang masih hidup adalah
Jivan-Mukti. Jiva berarti mahluk hidup, mukti berarti lepas / bebas. Jivan
Mukti berarti mahluk hidup yang sudah terbebaskan. Moksha dan Jivan-Mukti
sejatinya tidak bisa dijelaskan, hanya bisa diketahui melalui pengalaman
langsung [pratyaksa pramana]. Ketika sudah dialami-pun kita juga tidak bisa
menjelaskannya. Itulah sebabnya Brhadaranyaka Upanishad menjelaskannya sebagai
neti neti [bukan ini, bukan itu], karena memang tidak bisa dijelaskan. Tapi
walaupun begitu, ada penjelasan-penjelasan yang mendekati yang bisa menjelaskan
apa itu moksha dan Jivan-Mukti, walaupun tidak sepenuhnya tepat sempurna.
PENJELASAN
TENTANG JIVAN-MUKTI
Pertama kita pahami dulu apa itu bebas secara sederhana.
Coba amati kecenderungan-kecenderungan pikiran [vasana] kita. Pikiran kita
berkata : aku ingin ini-itu, aku ingin begini-begitu, aku marah sama si A dan
si B, aku lebih benar dari kamu, aku lebih hebat dari kamu, aku merasa sedih,
aku merasa bahagia karena ini-itu, aku khawatir nanti begini-begitu, dll.
Pikiran ini ribut sekali. Pikiran ini inguh [resah-gelisah]. Bathin ini
berguncang. Ketika senang kita bahagia, ketika sedih kita larut dalam
kesedihan. Ciri lain bathin yang berguncang adalah mengeluh, mengeluh dan
mengeluh.
Sekarang kita bayangkan semua pemikiran-pemikiran tadi
lenyap. Hening. Apa yang terjadi ? Bathin menjadi bersih sempurna,
tenang-seimbang [upeksha]. Kita bersentuhan dengan intisari diri kita, intisari
alam semesta dan intisari yang maha suci yang maha tidak terpikirkan, dimana
yang ada hanya kedamaian dan kedamaian. Dalam ruang bathin seperti itu,
kekhawatiran, kemarahan, kesedihan, ketakutan, keserakahan, dll, kehilangan
cengkeramannya pada diri kita. Welas asih dan kebaikan bersemi.
1.
Jivan-Mukti dalam penjelasan untuk orang biasa seperti kita.
Untuk orang biasa seperti kita, penjelasan paling mudah
tentang Jivan-mukti -walaupun ini tidak sepenuhnya tepat- adalahnya lenyapnya
seluruh sad ripu [enam kegelapan bathin] di dalam diri kita. Sederhananya :
lenyapnya api iri hati, lenyapnya api kemarahan dan kebencian, lenyapnya api
ketidakpuasan, lenyapnya api rasa takut dan rasa malu, lenyapnya api rasa
curiga dan rasa khawatir, serta lenyapnya segala bentuk api-api emosi negatif
lainnya. Semuanya lenyap. Ketika semuanya lenyap sempurna, yang tersisa dalam
bathin kita hanya paramashanti [kedamaian sempurna.
Itulah penjelasan Jivan-mukti untuk orang biasa seperti
kita. Siapa saja yang api sad ripu-nya sudah lenyap, dia tidak perlu
melihat gunung dan pantai, tidak perlu pujian orang lain, tidak perlu dugem,
tidak perlu punya mobil mewah, tidak perlu berlibur ke luar negeri, hanya untuk
menjadi tenang dan bahagia. Karena mengapa ? Karena di dalam bathinnya sendiri
sudah terang dan indah. Apapun yang terjadi dalam kehidupan, tidak menyentuh.
Dalam Hindu disimbolikkan sebagai Bunga Padma [teratai], yang tidak basah oleh
air. Ciri luar orang yang sudah mengalami Jivan-mukti, dia banyak diam dan
senyum-senyum saja. Walaupun tentu saja belum tentu orang yang banyak diam
dan senyum-senyum saja adalah seorang Jivan-Mukta.
2.
Jivan-mukti dalam penjelasan untuk para yogi yang sudah maju.
Untuk para yogi yang sudah maju, penjelasan tentang
Jivan-mukti adalah Nirahamkarah [lenyapnya ke-aku-an]. Ini dijelaskan
dalam berbagai buku vedanta, seperti misalnya pada Mundaka Upanishad dalam
sloka berikut :
"Laksana
sungai mengalir ke samudera, lenyap tanpa identitas dan bentuk. Begitulah
mereka yang sudah sadar, lenyap dan terbebaskan dari identitas dan bentuk.
Manunggal dengan dengan Brahman, lebih tinggi dari yang tertinggi."
Ketika
ke-aku-an lenyap [nirahamkarah], kita menyatu rapi dengan segala yang ada. Kita
bebas dari kecenderungan kepada prakriti [fenomena alam materi] menuju
kecenderungan kepada purusha [realitas absolut]. Keheningan bathin yang
sempurna. Maha damai, maha bahagia, maha suci, tidak bisa dijelaskan, hanya
bisa dipahami melalui pengalaman langsung [pratyaksa pramana.Dan bagi para yogi
atau bhakta yang serius, keheningan bathin yang sempurna sebagai puncak
perjalanan, sebagai realitas absolut, haruslah digunakan sebagai konsep mendasar
yang dapat membantu mengarahkan kemana seharusnya arah perjalanan bathin kita.
Setelah itu silahkan ambil sadhana [praktek spiritual] yang kita rasa paling
cocok dan sesuai untuk diri kita sendiri.
DUA
MACAM MOKSHA
Kita sering mendengar kalau ada seorang Jivan-Mukta yang
meninggal dan mengalami moksha, badan fisiknya lenyap. Ini tidak selalu terjadi
demikian. Para Jivan-Mukta yang menempuh jalan Laya Yoga [Kundalini Yoga] dan
Tantra [di Bali disebut jalan kawisesan], menggunakan divine energy [energi
suci alam semesta], ketika dia meninggal [moksha] badan fisiknya lenyap. Ini
karena ketika dia meninggal, energi suci [berupa api kundalini] membakar badan
fisiknya sampai menjadi abu mikro, sehingga seolah-olah badan fisiknya lenyap.
Berbeda dengan para Jivan-Mukta yang menempuh jalan bhakti
dan meditasi [raja yoga], yang tidak mengambil jalan kawisesan, ketika dia
meninggal [moksha] badan fisiknya tidak lenyap. Hanya ke-aku-annya yang sudah
lenyap sempurna [nirahamkarah]. Tapi kedua jalan ini sama-sama Moksha, amor
ring acintya [manunggal dengan yang maha tidak terpikirkan].Ketika seorang
Jivan-Mukta meninggal [mengalami moksha], alam semesta biasanya ikut merespon.
Bisa muncul bau harum, bisa muncul sinar, dsb-nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar